Dr. Ismail lahir pada 10 Agustus 1969 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, dari pasangan Syarifa Banu dan Achmad Fidahussein. Sejak kecil, beliau dikenal sebagai anak yang cerdas dan haus akan pengetahuan. Pendidikan dasarnya dimulai di SDN Cakranegara, dilengkapi dengan pendidikan agama di sore hari, sebuah kombinasi yang membentuk karakter intelektual sekaligus spiritual dalam dirinya.
Selepas lulus dari SMPN 2 Mataram, Dr. Ismail mengambil langkah berani dengan merantau ke Yogyakarta untuk melanjutkan SMA di Kolese De Britto, sebuah sekolah Katolik khusus laki-laki yang dikenal dengan tradisi toleransi dan kedisiplinannya. Pengalaman ini memperkaya pandangan hidupnya dan menumbuhkan pemahaman yang mendalam tentang keberagaman sejak usia muda.
Cita-cita besarnya adalah menembus salah satu kampus teknik terbaik di Indonesia—Institut Teknologi Bandung (ITB). Dengan tekad dan kerja keras, ia berhasil lolos ke jurusan Teknik Fisika di ITB. Selama kuliah, Ismail tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Ia menyelesaikan studi tepat waktu, dan di kampus inilah ia bertemu dengan perempuan yang kelak menjadi istrinya, mahasiswi dari Fakultas Farmasi ITB.
Semangat belajar Dr. Ismail tak berhenti di sana. Ia melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Indonesia pada bidang Teknik Elektro, kemudian menuntaskan gelar Doktor (S3) di bidang Teknik Elektro dan Informatika di almamaternya, ITB.
Dari Mataram menuju dunia Telekomunikasi Nasional, perjalanan Dr. Ismail adalah kisah tentang tekad, kerendahan hati, dan komitmen terhadap keberagaman serta keunggulan pendidikan. Ia membuktikan bahwa dengan visi yang jelas dan semangat belajar tanpa henti, seseorang bisa melampaui batas-batas geografis dan meraih prestasi di tingkat tertinggi.
